Pada habitat aslinya domba hidup di alam secara bebas. Aktivitas makan, minum, dan beristirahat dilakukan tanpa kontrol. Karena itu, penempatan domba di dalam kandang perlu perhatian sehubungan dengan kesejahteraan hewan.
1. Lokasi Kandang
Lokasi ideal untuk penggemukan domba adalah daerah yang bercurah hujan 1500 – 3000 mm/tahun dengan kelembapan 60 – 80%. Lokasi topografi yang berbukti bisa menjadi pilihan karena bisa menghambat arah angin. Lokasi kandang sebaiknya berada di areal yang cukup luas, dekat sumber pakan, memiliki sumber air, relatif dekat dari pusat pemasaran, udaranya segar, lingkungan cukup tenang, serta jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimun 10 meter).
Domba sangat peka terhadap perubahan suhu lingkungan. Curah hujan yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan gangguan kesehatan pada domba. Sementara itu, suhu tinggi dapat menyebabkan konsumsi pakan menurun sehingga laju pertumbuhan domba juga menurun.
2. Letak dan Arah Kandang
Kandang sebaiknya dibangun dengan menutup bagian-bagian tertentu yang merupakan tempat dominan masuknya angin. Pohon-pohon pelindung perlu ditanam sebagai pemecah angin. Selain itu, sinar matahari pagi diusahakan masuk ke dalam kandang secara langsung.
3. Ukuran Kandang
Pada dasarnya, ukuran kandang yang dibuat bersifat relatif tergantung dari ketersediaan tempat dan bahan. Sebagai contoh, peternak dapat menggunakan patokan 1 : 1,5 untuk kebutuhan luas kandang. Rasio itu menggambarkan untuk 1 ekor domba dibutuhkan luas kandang sebesar 1,5 m2. Karena itu, untuk penggemukan 10 ekor domba dibutuhkan luas kandang sebesar 15 m2. Pembuatan kandang sebaiknya juga memperhitungkan potensi pengembangan.
4. Konstruksi Kandang
a. Atap
Bahan atap yang bisa digunakan cukup beragam, misalnya rumbia, genting asbes atau seng. Untuk kandang yang berlokasi di daerah panas, dianjurkan menggunakan atap yang terbuat dari bahan berdaya serap panas kecil, misalnya genting, asbes atau rumbia. Untuk kandang yang berlokasi di daerah dingin, atapnya disarankan terbuat dari bahan yang berdaya serap panas seperti seng.
b. Tiang Kandang
Tiang kandang umumnya terbuat dari kayu. Kayu tiang yang digunakan dapat menggunakan kayu kaso berukuran 15 x 15 cm. Jika sulit mengadakan kayu kaso, kayu gelondongan pun dapat digunakan asalkan cukup kuat.
c. Dinding Kandang
Dinding kandang bisa menggunakan bahan dari kayu atau bambu. Namun, peternak biasanya membuat dinding kandang dari belahan bambu karena harganya lebih murah. Selain itu, bambu mudah diatur sehingga peternak bisa membuat celah yang berfungsi sebagai jalan sirkulasi udara dari dan ke dalam kandang (ventilasi). Dinding kandang bagian bawah (0,5 – 1 m dari permukaan lantai) sebaiknya dibuat agak rapat dan bagian atas (lebih kurang 2 m dari lantai) tidak perlu terlalu rapat. Hal ini bertujuan untuk memudahkan masuknya cahaya matahari dan sirkulasi udara ke dalam kandang.
d. Alas
Alas kandang bisa terbuat dari bambu, papan, semen, atau tanah saja. Lantai kandang panggung biasanya terbuat dari bilah bambu atau kayu. Jarak antara bilah bambu atau kayu harus disesuaikan agar kaki domba tidak mudah terperosok dan menyebabkan luka. Biasanya jarak antara bambu atau kayu sekitar 1 cm. Jarak tersebut berguna mempermudah pembuangan kotoran langsung ke kolong kandang. Sementara itu, lantai kandang lemprak biasanya terbuat dari tanah atau semen.
e. Jalan (Lorong) Kandang
Jalan atau lorong kandang bisa dibuat di tengah-tengah kandang. Jalan kandang ini sebaiknya dibuat dari bahan semen agar tidak mudah becek. Mengingat fungsi lorong kandang untuk mempermudah pekerja memberi pakan, membersihkan domba, dan membersihkan kandang. Lebar jalan kandang disesuaikan dengan jumlah kandang dan ukuran kandang domba, yaitu sekitar 50 – 100 cm.
Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar