Selasa, 27 September 2011

Beberapa Metode Pengomposan


Terdapat bermacam-macam metode pengomposan yang telah dikembangkan dan dipraktekkan di Indonesia, baik yang sederhana sampai yang modern dengan Skala industri. Berikut ini beberapa metode pengomposan yang banyak dipraktekkan di beberapa negara.
a. Metode Indore
Pengomposan dengan metode indore dikembangkan oleh Howard yang bekerja sama dengan Jackson dan Ward pada tahun 1924 — 1926 (Haug, 1980, Gaur, 1982). Bahan dasar yang diperlukan untuk pengomposan adalah campuran residu tanaman, kotoran ternak, kencing ternak, abu bakaran kayo, dan air. Semua bahan yang berasal dari tumbuhan langsung tersedia, termasuk gulma, batang jagung, daun yang rontok, pangkasan daun, sisa pakan ternak, pupuk hijau dikumpulkan dan ditimbun di lubang yang sudah disiapkan. Bahan-bahan yang tersedia kemudian disusun menurut lapisan-lapisan dengan ketebalan 15 cm, total ketebalan timbunan dapat dibuat sampai 1,2 — 1,5 m. Apabila bahan yang dibuat kompos beraneka maka proses pengomposan berjalan lebih baik.
Lokasi pembuatan kompos dipilih tempat yang agak tinggi sehingga terbebas kemungkinan tergenang selama proses pengomposan berlangsung. Lubang galian dibuat dengan kedalaman 1 m, dan lebar antara 1,5 — 2 m, dengan panjang bervariasi tergantung ketersediaan bahan. Untuk melindungi lubang, pengomposan maka di sekeliling lubang diberi tanggul kecil. Lubang pembuatan kompos sebaiknya dekat kandang ternak dan sumber air.
Kotoran ternak yang dikumpulkan dari kandang kemudian disebar secara merata dalam bentuk lapisan setebal 10 — 15 cm. Untuk setiap lapisan bahan yang dikomposkan ditahuri dengan kotoran dan tanah yang terkena kencing atau dibuat dari campuran 4,5 kg kotoran ternak, 3,5 kg tanah yang terkena kencing dan 4,5 kg inokulan fungi yang diambil dari bahan kompos yang sedang aktif. Selama proses pengomposan hams dalam keadaan basah sehingga secara herkala disiram.
Untuk membuat lapisan-lapisan bahan yang di komposkan tidak boleh dari satu minggu. Masalah yang haws diperhatikan bahwa lapisan-lapisan bahan kompos tidak menjadi padat. Selama proses pengomposan berlangsung dilakukan pembalikan 3 kali, pertama 15 hari setelah proses berlangsung, kemudian setelah 30 hari dan ketiga setelah 2 bulan proses pengomposan berlangsung. Setiap kali dilakukan pembalikan maka bahan kompos diaduk dengan baik, dan teiap dalam keadaan lembap.
Metode ini sesuai untuk daerah yang mempunyai curah hujan tinggi. Ada dua macam metode indore yang cukup populer, yaitu dengan cara menumpuk bahan yang dikomposkan di atas lamb (indore heap method) dan dimasukkan dalam lubang galian (indore pit method).
b. Metode Heap
Ukuran timbunan untuk metode indore bagian dasar dengan lobar 2 m, tinggi 1,5 m clan panjang 2 m atau lebih. Bagian tepi atas agak dipadatkan schingga lebih sempit kurang lebih 0,5 m. Untuk melindungi timbunan kompos dari tiupan angin maka di sekitar timbunan diberi peneduh atau pelindung.
Timbunan bahan kompos dimulai dari lapisan bahan yang kaya karbon setebal 15 cm, termasuk: daun, jerami, serbuk gergaji, serpihan kayu, potongan bating jagung,. Kemudian lapisan berikutnya adalah bahan yang kaya nitrogen setebal 10 — 15 cm, termasuk rumput segar, gulma atau residu tanaman pekarangan, sampah, kotoran ternak segar yang kering, sari limbah kering. Lapisan-lapisan diulang sampai mencapai ketinggian 1,5 m. Selma proses pengomposan berlangsung hares dalam keadaan lembap dan tidak terlalu basalt. Untuk mempertahankan panas yang timbul selama proses pengomposan, maka bahan kompos ditutup dengan tanah atau lumpur. Proses pembalikan dilakukan setelah 6 minggu dan 12 minggu.
Apabila bahan dasar yang dikomposkan terbatas, maka lapisan-lapisan bahan kaya karbon dan nitrogen menyesuaikan dengan ketersediaannya, atau semua bahan yang tersedia dicampur terlcbih clahulu kemudian diperhalus dengan cara dicacah. Bahan yang lebih halos akan lebih cepat terdekomposisi. Beberapa hal berikut ini merupakan dasar yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mempercepat proses pengomposan tetapi dengan hasil yang baik:
- Timbunan bahan kompos haws cukup mengandung nitrogen atau protein. Kotoran ternak, rerumputan dan gulma muda kaya nitrogen.
- Dua atau lebih bahan dasar kompos dicampur merata untuk mendorong proses dekomposisi berjalan dengan baik.
- Bahan dasar kompos diperhalus dengan cara dicacah.
- Jaga kelembapan kompos selama proses pengomposan berlangsung, tetapi tidak terlalu basah.
- Apabila tanah dalam keadaan asam, maka diberi kapur. Untuk memperkaya kandungan hara kompos dapat ditambahkan batuan fosfat.
Kendala metode heap:
- Banyak memerlukan tenaga kcrja
- Tidak terlindung dari terpaan hujan dan angin
- Memerlukan lebih banyak air sehingga tidak sesuai untuk daerah yang curah hujannya rendah.
- Proses fermentasi berjalan secara aerob, sehingga proses pengomposan berjalan lebih cepat, tetapi mendorong kehilangan bahan organik dan nitrogen lebih besar.
c. Metode Bangalore
Metode ini mempunyai banyak kelemahan. Selama proses pengomposan berlangsung, maka bahan yang dikomposkan harus selalu berada dalam I ubang atau bak pengomposan. Selama proses pengomposan tidak dilakukan penyiraman atau pembalikan. Karena timbunan kompos ditutup dengan tanah atau lumpur, maka penyiraman harus cukup banyak sampai proses selesai. Setelah 8 — 10 hari proses berjalan secara aerob, selanjutnya proses berjalan secara semi aerob. Proses ini berjalan secara lambat dan sedikit demi sedikit sehingga diperlukan waktu 6 — 8 bulan, sampai kompos siap dipakai. Proses ini tidak terjadi kehilangan karbon maupun nitrogen, sehingga kualitas kompos sangat tergantung pada bahan dasar yang digunakan.
Metode pengomposan ini dikembangkan di Bangalore ( India) oleh Acharya (1939). Bahan yang dikomposkan terdiri atas campuran tinja dan sampah kota. Metode ini sangat sesuai untuk wilayah yang curah hujannya rendah. Diperlukan waktu antara 6 — 8 bulan untuk memperoleh kompos yang siap pakai.
Pengomposan dengan cara ini memperoleh hasil yang lebih banyak daripada proses pengomposan aerob, kehilangan nitrogen relatif sedikit dan tidak banyak memerlukan tenaga. Akan tetapi memerlukan waktu yang lebih panjang. ,Kemungkinan yang merupakan masalah adalah bau yang busuk dan lalat yang cukup banyak.
d. Metode Berkeley
Bahan yang dikomposkan merupakan campuran bahan organik kaya sclulosa (2 bagian) dan bahan organik kaya nitrogen (1 bagian). Bahan ditimbun secara berlapis-lapis dengan ukuran 2,4 x 2,2 x 1,5 tn. Setelah dicapai suhu
tennofilik kurang lebih selama 2 — 3 hari, pada hari keempat timbunan bahan kompos dibalik. Pembalikan dilakukan lagi pada hari ke-7 dan ke-10.
Keunggulan: proses pengomposannya terjadi dengan cepat dan dalam waktu yang relatif singkat telah siap dimanfaatkan.
e. Metode Vermikompos
Pengomposan model ini memanfaatkan aktivitas cacing tanah, di samping itu cacing tanah mempunyai peranan penting dalam mempertahankan produktivitas tanah. Cacing tanah hanya membutuhkan 5% — 10% makanan untuk tumbuh dan mempertahankan kegiatan fisik, dan sisanya dibuang dalam bentuk ckskresi. Bahan sekresi mengandung senyawa organik dengan ukuran partikel relatif seragam, kaya unsur hara makro dan mikro yang segera tersedia untuk tanaman, vitamin, ensim dan mikroorganisme. Vermikompos adalah pupuk organik yang mengandung sekresi cacing, humus, cacing hidup dan organisme lainnya. Populasi cacing akan meningkat secara dramatis apabila biomassa kaya nutrisi, misalkan limbah organik. Limbah organik lembap sebanyak 1 ton akan menghasilkan sebanyak 300 kg vermikompos.
Beberapa negara di Asia, seperti India, Filipina dan Indonesia memanfaatkan teknologi ini untuk menanggulantzi masalah sampah kota. Pengomposan menggunakan teknik kultur cacing tanah dapat dilaksanakan dengan kapasitas besar 100-200 ton limbah organiklhari. Karena kegiatan cacing tanah dengan cepat menurunkan volume biomassa dalam beberapa hari, maka tidak perlu dilakukan pembalikan bahan dan hampir tidak menimbulkan bau busuk: kultur vermikompos bersifat efektif, sederhana dan merupakan proses pengomposan limbah organik yamg hemat energi.
Pengomposan model ini dilaksanakan melalui tiga tahap, ialah: (a) pengadaan cacing tanah, (b) perbanyakan cacing tanah, dan (c) proses pengomposan. Kelebihan model pengomposan ini dapat dilakukan di wilayah permukiman padat dengan menggunakan kotak kayu ukuran kecil yang ditempatkan di pekarangan atau teras rumah. Dal= pembuatan vennikompos hanya ada beberapa jenis cacing yang sangat aktif dalam perombakan bahan organik. Jenis cacing tanah yang paling efisien dalam program pengomposan adalah Eisenia fetida dan E. eugeniae, sedang jenis yang cukup baik adalah genus Perionyx. Pengomposan model ini selain diperoleh vermikompos yang kaya hara, juga dihasilkan biomassa cacing sebagai sumber protein hewani.
Cacing tanah dalam pertanian organik sebagai agensia yang mampu menghancurkan bahan organik, kecuali bahan-bahan yang tidak mudah terdekomposisi. Apabila sejak awal pertumbuhan vermikompos digunakan sebagai sumber pupuk, maka penggunaan pupuk kimia dapat ditekan sebesar 50% (Kale,
1996). Vermikompos sangat baik sebagai media campuran untuk pembibitan tanaman, dan dapat dikembangkan untuk kegiatan agribisnis, terutama di tempattempat pembuangan sampah.
Pembuatan vermikompos memerlukan sumber daya manusia yang sepadan. Kegiatan vermikompos baru terbatas pada skala penelitian laboratorium. di samping itu, belum dijumpai jenis cacing lokal yang mampu berperanan dalam proses pengomposan, selama ini masih menggunakan cacing impor.
f. Metode Jepang
Sebagai pengganti lubang galian digunakan bak penampung yang terbuat dari anyaman kawat atau bambu, ban mobil bekas yang disusun bertingkat, atau bahan lain yang tersedia setempat. Dinding bak dirancang sedemikian rupa sehingga aerasi berjalan dengan lancar. Bagian dasar dari bak ditutup rapat dengan tujuan untuk menghindarkan terjadinya pelindian unsur hara ke tanah yang ada di bawahnya.
Bahan dasar kompos yang cocok untuk metode Jepang adalah: kotoran sapi dan kotoran ayam, rumput, daun segar dan kering, limbah tanaman dan gulma, limbah agroindustri (belotong, limbah pabrik pengalengan sayuran dan buah), bahan mineral (batuan fosfat), sampah kota dan rumah tangga serta Iimbah padat dan cair yang berasal dari instalasi penyehatan.
Keunggulan metode ini disebabkan karena bak penampung diletakkan di atas permukaan tanah sehingga memudahkan dalam mengaduk bahan yang dikomposkan. Tidak seperti halnya proses pengomposan yang menghasilkan suhu mencapai 65°C — 70°C, maka dengan metode ini kehilangan nitrogen dalam bentuk nitrat akibat pelindian dapat dihindarkan.
Teknologi proses pengomposan dari waktu ke waktu mengalami perbaikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan terutama dalam mengantisipasi meningkatnya sampah kota dan permukiman yang makin beragam sesuai dengan makin meningkatnya penduduk perkotaan termasuk kegiatannya. Gatra penelitian dan pengembangan perlu diperhatikan dalam mengatasi masalah sampah permukiman dan perkotaan.
Beberapa kelebihan yang dapat diinventarisasi adalah usaha untuk memper-cepat proses dekomposisi Iimbah serealia, tetapi juga dengan bantuan inokulan seperti bakteri pelarut fosfat (Aspergilus) dan Azotobakter sejauh bahan kompos diinokulasi dengan batuan fosfat. Kompos dapat diperkaya dengan pupuk N dan P. lnokulan lain yang sering digunakan untuk mempercepat proses pengomposan bahan organik adalah Trichoderma sp.
Pustaka
Pertanian organik: menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan Oleh Rachman Sutanto

Kotoran dan limbah ternak sebagai sumber pupuk organik


Daur-ulang limbah ternak berperanan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata bahwa limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang berharga murah. Kotoran ternak mempunyai nilai pupuk (padat dan cair) yang tinggi dan mudah terdekomposisi. Cara tradisional yang umum dilaksanakan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah, adalah menambahkan bahan yang belum matang dalam bentuk pupuk kandang, kompos atau bahan tanaman seperti pupuk hijau. Penggunaan pupuk kandang sebagai sumber hara tanaman merupakan praktek pertanian yang sudah lama dilaksanakan oleh petani di wilayah tropika Asia, terutama di tanah sawah.
Penggunaan pupuk kandang sudah cukup lama di identikkan dengan keberhasilan program pemupukan dan pertanian berkelanjutan. Hal ini tidak hanya karena mampu memasok bahan organik, tetapi karena berasosiasi dengan tanaman pakan, yang pada umumnya meningkatkan perlindungan dan konservasi tanah. Kondisi ekonomi yang cukup berat bagi petani disatu pihak dan usaha mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah di pihak lain. mengharuskan petani mempertimbangkan kembali semua bentuk pembenah organik yang tersedia setempat, seperti pupuk kandang, residu tanaman dan pupuk hijau.
Sebelum kita memanfaatkan pupuk kandang di lahan pertanian, maka diperlukan pengkajian yang cukup mendalam tentang kebiasaan petani terhadap pupuk kandang yang dimiliki, karena masalah teknis dan sosial petani sering mengharnbat program yang telah disusun, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pupuk kandang berhubungan dengan komposisi hara yang dikandung. Pilihan antara pupuk kandang dan pupuk anorganik hanya karena pertimbangan kandungan tiara, ekonomis, transportasi dan aksesbilitas.
1. Pupuk Kandang Kering
Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan kebersihan, pupuk kandang kering juga mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman. Untukk mempercepat proses pengeringan, maka pupuk kandang dicampur debu atau lumpur kering dalam jumlah yang seimbang, kemudian diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan diberi penutup sampai pupuk tersebut dimanfaatkan.
Abu bakaran dapur atau abu bakaran yang lain dapat ditambahkan, dengan komposisi 40% pupuk kandang dan masing-masing 30% untuk debu atau lumpur. Campuran ini disimpan dalam kondisi analog sampai saatnya diperlukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang kering mempunyai kandungan nitrogen yang bervariasi, sapi 2,41%, kerbau, 1,09%, babi 2,11%, dan ayam ras 3,17%. Kandungan nitrogen tidak pernah stabil dan berubah setiap waktu.
2. Pupuk Kandang Cair
Pupuk kandang cair juga baik sebagai sumber hara tanaman. Mengumpulkan pupuk kandang cair dilakukan dengan cara yang baik, maka bahan ini merupakan sumber pupuk yang dapat dimanfaatkan dengan mudah. Saran menggunakan pupuk kandang cair:
1. Lantai kandang dan tempat memandikan ternak harus terbuat dari semen demikian juga bak penampungan limbah cair dan kencing dibuat dengan ukuran 3 x 3 m dan kedalaman 1,5 m. Gulma dan tanaman air dimasukkan ke dalam bak penampungan dan biarkan selama 2 minggu untuk proses fermentasi. Pupuk kandang cair dapat dimanfaatkan dengan cara menyiramkan pada tanaman.
2. Buat kolam penampungan sehingga kencing ternak dan limbah cair lainnya dapat ditampung. Sebelum kencing dan limbah cair lainnya mencapai kolam. buang atau pisahkan bahan padat dan dimanfaatkan untuk membuat kompos. Untuk menyaring bahan padat dapat menggunakan kasa atau jaring pada ujung saluran pembuang.
3. Buat bak yang terbuat dari beton atau semen berukuran 2 x 2 m dan ketinggian 1 m. Campur kencing ternak dengan air untuk mengencerkan sebelum digunakan untuk menyiram tanaman.
4. Dapat membuat saluran pembuang yang terbuat dart semen atau beton langsung ke lahan pertanian.
3. Mengelola Pupuk Kandang
Sebetulnya tidak mudah memanthatkan kotoran ternak sebagai pupuk kandang tanpa mengandung limbah yang lain karena bersifat ruah dan mudah rusak. Menyebar pupuk kandang ke lahan pertanian mengurangi kehilangan hara yang dikandung pupuk kandang. Cara terbaik untuk mengelola pupuk kandang adalah melindungi dari terik matahari langsung atau terkena air hujan sampai pupuk tersebut digunakan. Ada empat sistem yang umum dilakukan untuk menangani pupuk kandang:
a. Mengumpulkan pupuk kandang segar setiap hari dan ditaburkan langsung di lahan.
b. Disimpan dalam lubang atau ditimbun dan dihindarkan dari terik matahari langsung dengan diberi pelindung/penutup. Biarkan pupuk kandang tersebut mengalami proses fermentasi sebelum digunakan.
c. Pupuk cair disimpan dalam kondisi aerob dan dilakukan perlakuan tertentu sebelum digunakan.
d. Pupuk cair disimpan secara anaerob dan dilakukan perlakuan tertentu sebelum digunakan.
Tujuan penggunaan superfosfat adalah untuk meningkatkan kualitas pupuk kandang, yakni:
1. menekan kehilangan nitrogen dalam bentuk amoniak;
2. meningkatkan kandungan fosfat pupuk kandang dan membuat pupuk dengan kandungan hara berimbang;
3. meningkatkan efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman, karena pada umumnya koloid tanah mengikat kuat fosfat yang diberikan dalam bentuk pupuk.
4. Penggunaan Pupuk Kandang Segar Setiap Hari
Kotoran ternak dari kandang dibersihkan kemudian dikumpulkan di tempat penimbunan, dicampur atau diperkaya dengan pupuk fosfat, kemudian disebar di lahan. Cara terbaik untuk menghindarkan terjadinya kehilangan akibat proses dekomposisi dan volatilisasi, adalah meningkatkan kualitas hara pupuk kandang yang akan digunakan.
Penggunaan pupuk kandang segar secara langsung ke tanaman selalu tidak menguntungkan dan menimbulkan masalah karena kandungan, gulma, organisme penyebab penyakit dan senyawa toksik yang kemungkinan dikandung ekskresi. Penggunaan pupuk kandang segar kemungkinan besar timbul panas selama proses dekomposisi dan juga tanaman kekurangan unsur tertentu.
Terlepas dari masalah polusi, proses fermentasi kemungkinan dihasilkan bahan pupuk yang lebih baik daripada bahan yang segar.
5. Komposisi Pupuk Kandang
Limbah yang berasal dari kandang ternak jumlahnya cukup banyak terutama di desa-desa yang, masih memanfaatkan ternak sebagai tenaga mengolah atau ternak sebagai salah satu usaha meningkatkan kegiatan pertanian secara terpadu. Limbah ternak tersebut ada yang dimanfaatkan untuk pupuk kandang, tetapi ada juga yang dibakar. Bahan-bahan ini semua cukup potensial sebagai sumber hara untuk campuran residu tanaman pada saat pengomposan.
Salah satu faktor kritis yang perlu dipahami dalam proses pengomposan adalah kandungan nitrogen dan nisbah C/N dan bahan dasar yang dikomposkan. Kencing ternak merupakan Limbah, akan tetapi dengan teknik konservasi yang sederhana kandungan hara dalam kencing dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
6. Kelebihan Pemanfaatan Pupuk Kandang
Apabila kita mempunyai pupuk kandang yang berasal dari usaha tani kita sendiri tanpa harus membeli, maka harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk pupuk yang dikombinasikan dengan pupuk kimia.
Pupuk organik pada umumnya lebih bermanfaat sebagai bahan pembenah tanah. Pada umumnya bahan-bahan ini mengandung N, P, dan K dalam jumlah yang rendah, tetapi dapat memasok unsur hara mikro esensial. Sebagai bahan pembenah tanah bahan organik dan pupuk kandang mempunyai kontribusi dalam mencegah erosi, pengerakan tanah, dan retakan tanah. Di samping itu, mampu meningkatkan kemampuan tanah mengikat lengas, memperbaiki struktur dan pengatusan tanah. Bahan organik juga memacu pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan biota tanah lainnya.
Nitrogen dan unsur hara lainnya yang dikandung bahan organik di lepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian pemberian yang berkesinambungan tnembantu dalam membangun tanah, terutama dalam jangka parkiang.
7. Toksisitas Pupuk Kandang
Pada umumnya, kotoran babi banyak mengandung unsur Cu (tembaga), Zn (seng) dan As (arsenikum). Pupuk kandang sapi mengandung 1% NaCl. Kotoran ayam yang digunakan untuk pupuk sering mengandung koksidiostat yang berfungsi sebagai herbisida. Apabila pupuk kandang yang mengandung bahan kimia seperti koksidiostat dimanfaatkan untuk pupuk dengan dosis tinggi secara terus menerus, maka kemungkinan besar dapat bertUngsi sebagai zat alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan benih maupun bibit.
Penggunaan pupuk kandang dalam jumlah banyak, akan mendorong perkembangan lalat dan menimbulkan bau yang menyengat. Berkenaan dengan masalah pencemaran, bau busuk merupakan pencemaran udara yang paling besar mendapatkan perhatian.
8. Penggunaan Pupuk Kandang
Pupuk kandang selalu diaplikasikan sebelum atau pada saat pengolahan tanah sebelum benih atau bibit ditanam. Pupuk kandang setelah disebar merata di permukaan tanah kemudian tanah dibajak dan digaru. Pupuk kandang dapat ditambahkan bersama pupuk kimia pada saat tanam dengan cara membenamkan di antara tanaman sejajar dengan baris tanaman.
Pupuk kandang cair diberikan dengan cara menyiramkan pada tanaman. Apabila dalam jumlah cukup banyak dapat diberikan bersama-sama air irigasi.
9. Takaran Penggunaan Pupuk Kandang
Takaran atau dosis penggunaan pupuk kandang sangat bervariasi, tergantung pada: jenis tanaman, tanah, musim, dan jenis pupuk kandang.
10. Pupuk Kandang dalam Mempertahankan Kesuburan Tanah
Nilai pupuk kandang, tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan organik tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman.
Pupuk kandang, mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Penggunaan pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan bentuk praktek pertanian organik. Penggunaan pupuk kandang yang dipadukan dengan pupuk kimia, kapur pertanian dan tanaman legum serta didukung pengolahan tanah yang baik. pengendalian gulma dan praktek pertanian yang lain akan berdampak baik bagi pengembangan pertanian organik.
11. Penggunaan Limbah Ternak sebagai Sumber Pakan
Limbah ternak dapat digunakan langsung sebagai pakan ternak. Kenyataannya, praktek ini sudah lama dilaksanakan dan diperkirakan hara yang dikandung limbah ternak 3 -10 kali lebih bermanfaat apabila langsung digunakan sebagai pakan daripada didaur-ulang secara tradisional melalui tanaman. Hara dalam pupuk kandang berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak; lebih dari 70% N yang dimakan oleh hewan dapat dilihat dalam kotorannya, demikian juga kalium sebesar 80%. Di antara kotoran ternak, kotoran ayam mempunyal kandungan hara tertinggi, terendah sapi, sedang kotoran babi berada di antaranya.
12. Pengolahan Limbah untuk Pakan
Limbah ternak besar biasanya diolah untuk pakan dalam keadaan kering, tetapi apabila proses pengeringan terlalu tinggi akan menurunkan kandungan protein. Aroma dan rasa (meskipun nilai gizinya rendah) dapat diperbaiki melalui proses fermentasi. Kotoran ternak kecil dapat dibuat pakan melalui proses silase yang dicampur dengan sekam padi, dan menghasilkan pakan dengan kualitas baik.
Perbandingan bahan campuran dalam proses silase adalah 505 jerami padi, 20% kotoran ternak kecil kEmudian diberi sekam padi. Dari hasil penelitian campuran silase melalui proses ini, akan membuat sapi perah memproduksi susu yang lebih banyak daripada silase hanya menggunakan jagung.
Teknologi yang lebih berkembang adalah menggunakan teknologi EM. Melalui teknologi EM dapat dibuat bokashi menggunakan campuran dedak, kotoran ayam dan kotoran kambing untuk pakan ayam, sedang bokashi dengan campuran dedak dan kotoran ayam digunakan untuk pakan babi.
13. Pembuatan Bokashi Kotoran Ayam dan Kotoran Kambing
a. Satu bagian dedak padi ditambah 1 bagian kotoran ayam dan satu bagian kotoran kambing dicampur merata dan diusahakan kandungan air masing-masing bahan sama. Kotoran ayam yang digunakan dapat kotoran ayam murni atau yang telah bercampur dengan sekam padi. Selain menggunakan tiga campuran tersebut dapat juga dipersiapkan bokashi yang tidak menggunakan kotoran kambing, hanya kotoran ayam saja.
b. Ditambahkan salah satu yang tersedia sebanyak satu sendok makan gula pasiri, gula merah cair/molase, 1 sendok makan EM dan 1 liter air.
c. Kadar air bahan adonan diatur 30% (cara cepat apabila digenggam tidak menggumpal)
d. Selanjutnya masukkan dalam karung dan diikat. Proses berjalan selama 2 hari. Selama proses berlangsung akan mengeluarkan aroma manis dan bau amoniak yang berasal dari kencing kambing hilang.
Setelah dua hari bokashi siap untuk pakan ternak ayam. Membuat stok bokashi yang berasal dari kotoran ternak tidak lebih dart 7 hari, karena setelah lewat masa tersebut rasa dan aroma bokashi berubah.
14. Kendala Pemanfaatan Kotoran Ternak sebagai Sumber Pakan
Kemungkinan besar konsumen akan menolak jenis pakan yang berasal dart kotoran ternak. Masalah serius lain yang sering dihadapi bahwa kotoran ternak kadangkala mengandung bahan mineral dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga tidak layak untuk digunakan sebagai pakan. Hal ini karena kebanyakan pakan yang kaya mineral tidak mudah dihancurkan daripada bahan kaya organik. Bahan mineral kemungkinan bukan berasal dari pakan atau sumber lain, misalkan CuSO4 (tembaga sulfa) yang digunakan sebagai disinfektan untuk ternak babi. Di samping itu, kebanyakan pabrik pakan menolak untuk memproses kotoran ternak.
Pustaka
Penerapan pertanian organik: pemasyarakatan dan pengembangannya Oleh Rachman Sutanto

Senin, 26 September 2011

Potensi Ternak Kambing

Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta adalah pasar yang besar untuk produk daging. Konsumsi daging setiap tahunnya meningkat sebesar 4,2% per kapita. Kebutuhan ini semakin tinggi dengan adanya permintaan daging kurban pada hari Raya Idul Adha. Peningkatan konsumsi daging tersebut belum dapat diimbangi oleh peningkatan produksi. Apalagi, konstribusi daging ruminansia kecil pada konsumsi daging nasional hanya sebesar 6%.
Ternak hewan ruminansia berukuran kecil seperti kambing memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai sumber pedaging. Beberapa keuntungan beternak kambing, di antaranya hewan ini mudah beradaptasi dengan lingkunagn, dapat dipelihara di daerah kering (marjinal), kebutuhan modal lebih rendah dibandingkan hewan ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau.



Untuk memenuhi kebutuhan daging kambing pada masa yang akan datang, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan ternak kambing secara konsepsional. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi peternak, yaitu kurang lengkapnya informasi pasar akan sumber bibit yang bagus, cara beternak kambing yang benar, serta belum dimanfaatkannya potensi kambing, potensi pasar, dan potensi sumber daya manusia secara optimal.

Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong

Jenis Jenis Kambing Ternak

Pemilihan kambing bakalan disesuaikan dengan tujuan usaha, misalnya kambing kacang untuk produksi daging, sedangkan kambing etawa untuk produksi susu. Berikut jenis-jenis kambing pedaging yang dapat digunakan sebagai ternak.
1. Kambing Kacang
Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia yang dapat pula ditemukan di Malaysia dan Filipina. Perkembangbiakan kambing kacang sangat cepat, bahkan pada umur 15-18 bulan sudah dapat menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok digunakan sebagai penghasil daging dan kulit.
Kambing kacang bersifat prolifik (sering melahirkan anak kembar 2 atau 3), lincah, dan tahan terhaddap berbagai kondisi, dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan berbeda, termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana. Bulu kambing kacang cukup pendek dan berwarna hitam, cokelat, putih, atau campuran ketiga warna tersebut.
2. Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Kambing PE mmerupakan hasil persilangan antara kambing ettawa (asal India) dengan kambing kacang. Kambing PE dimanfaatkan sebagai penghasil daging dan susu (perah). Penampilan kambing PE mirip dengan kambing ettawa, tetapi peranakan tubuhnya lebih kecil. Peranakan yang penampilannya mirip kambing kacang disebut bligon atau jawarandu, yang merupakan tipe pedaging.
Karakteristik kambing PE, antara lain bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh dari sudut janggut, telinga panjang, lembek, menggantung, dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang sedangkan bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung, dan paha. Bulu paha panjang dan tebal.
3. Kambing Gembrong
Kambing gembrong merupakan keturunan kambing angora yang sudah menjadi ras tersendiri di Bali. Kambing ini berwarna putih, jantan dan betinanya bertanduk, telinga rebah, serta bulunya lebat dan panjang (terkenal dengan istilah mohar). Berat kambing gembrong bisa mencapai 32-45 kg/ekor. Pemeliharaan dilakukan semi-intensif dengan melepasnya di pekarangan dan malam hari tidur di kandang.
4. Kambing Anglo Nubian
Kambing anglo nubian berasal dari daerah Nubia di Timur Laut Afrika. Ciri-ciri kambing ini yaitu bobot tubuh cukup besar, telinga menggantung, dan ambing besar. Bulunya berwarna hitam, merah, cokelat, putih, atau kombinasi warna-warna tersebut. Bobot badan kambing jantan mencapai 90 kg dan kambing betina 70 kg. Produksi susu 700 kg per periode laktasi.
5. Kambing Boer
Kambing boer berasal dari Afrika Selatan dan telah masuk ke Indonesia sejak 65 tahun lalu. Kambing boer adalah kambing pedaging terbaik di dunia. Pada umur 5-6 bulan, berat badan kambing ini sudah mencapai 35-45 kg dan sudah siap untuk dipasarkan. Namun, jika dibiarkan sampai usia dewasa (2-3 tahun), bobot badan kambing jantan bisa mencapai 120 kg.
Kambing boer bertubuh panjang dan lebar, keempat kaki sangat pendek, warna kulit cokelat, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, serta kepala berwarna cokelat kemerahan atau cokelat muda hingga cokelat tua. Beberapa kambing boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kambing ini mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan memiliki daya tahan tubuh yang sangat bagus.
Kambing boer yang ada di Indonesia sudah banyak mengalami persilangan dengan kambing lokal Indonesia. Istilah “kambing boer bangsa murni” akan digunakan oleh registrasi kambing boer Indonesia jika seekor kambing sudah mencapai paling tidak generasi kelima baik dari sisi induk maupun pejantan, berdasarkan catatan silsilahnya. Salah satu contoh hasil persilangan kambing boer adalah boerka yang merupakan hasil persilangan dengan kambing kacang.

Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong

Bagaimana Cara Memilih Kambing Untuk Ternak

Pemilihan kambing bakalan yang bermutu diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Calon kambing bakalan sebaiknya berasal dari daerah setempat yang bebas dari penyakit dan beriklim kurang lebih sama.
Jika perlu pilih kambing yang mempunyai surat keterangan kesehatan hewan dan surat keterangan layak bibit, yang dikeluarkan oleh dinas yang menangani subsektor peternakan.
Karakteristik kambing bakalan yang baik, diantaranya memiliki tubuh yang sehat, postur tubuh bagus, mata bersinar cerah, tajam, tidak cacat tubuh, serta bulunya halus dan mengilap. Selain itu, kambing memiliki kemampuan pertambahan berat badan yang cepat dan konversi pakan yang baik.
Bakalan kambing jantan muda lebih cocok untuk digemukan daripada kambing betina, sebab pertambahan berat badan kambing jantan lebih tinggi. Disamping itu, kambing betina masih diperlukan untuk perkembangbiakan anak. Kambing paling responsif terhadap pakan sejak masa lepas sapi, yaitu saat berumur 7 – 8 bulan sampai ternak mengalami dewasa kelamin atau berumur 10 – 12 bulan.

Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong

Jenis Jenis Kandang Untuk Kambing

Berdasarkan jumlah kambing yang diternakan, kandang dibagi dua jenis. yaitu kandang individu dan kandang koloni. kandang individu biasa digunakan untuk induk kambing yang sedang bunting, laktasi atau pejantan. Sementara itu, kandang koloni biasa digunakan untuk pembesaran.
Sedangkan dari jenis konstruksi, kandang kambing dibedakan menjadi kandang lemprak dan kandang panggung. Berikut penjelasan kedua tipe kandang tersebut.
1. Kandang Lemprak
Kandang lemprak dicirikan dengan lantai yang menggunakan tanah sebagai alas. Lantai sebaiknya dibuat dari semen dengan corak kasar agar lantai tidak licin dan mudah dibersihkan. Lantai juga dibuat sedikit miring ke satu arah untuk mencegah adanya genangan air setelah kandang dibersihkan.
2. Kandang Panggung
Kandang panggung dicirikan dengan adanya tiang penyangga, sehingga lantai berada di atas tanah, dan berjarak 0,5 – 1 M dari atas permukaan tanah. Lantai kandang panggung biasanya dibuat dari papan atau potongan bambu dan memiliki tiang penyangga. Konstruksi kandang panggung lebih disukai dan lebih disarankan untuk digunakan dibandingkan dengan kandang lemprak, walaupun biaya pembuatannya lebih mahal.



Untuk menghindari kaki kambing terperosok, diusahakan lubang antar papan atau potongan bambu tidak lebih besar daripada kaki kambing. Lubang tersebut juga berfungsi untuk mengeluarkan kotoran sehingga kandang senantiasa dalam keadaan bersih.

Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, kambing, dan Sapi Potong


Perawatan Kesehatan Pada Kambing

Berikut adalah beberapa hal yang biasa dilakukan untuk melakukan perawatan pada kambing.
1. Sanitasi Pada Kandang Kambing
Kandang kambing harus dibersihkan rutin setiap pagi, terutama lantai yang penuh dengan kotoran kambing. Tempat pakan dan tempat minum juga harus dibersihkan tiap hari untuk mencegah penyebaran penyakit melalui makanan dan minuman. Setidaknya setiap 6 bulan sekali kandang sebaiknya dikosongkan dan disemprot dengan disinfektan dengan tujuan membunuh mkroba penyebab penyakit.
2. Pemberian Obat Cacing Pada Kambing
Cacing merupakan parasit dalam tubuh yang mengakibatkan ternak menjadi kurus, meskipun telah makan banyak. Umumnya, obat cacing diberikan 2-3 bulan sekali, lewat mulut atau lewat suntikan. Obat cacing yang diberikan lewat mulut adalah albandazole sebanyak 10-20 mb/kg BB (berat badan kambing yang diberi obat), febendazole sebanyak 0,2-0,25 ml/kg BB. Sementara obat yang diberikan lewat suntikan adalah dovanile sebanyak 0,1 ml/kg BB.
Vaksinasi untuk ternak kambing biasanya dilakukan oleh mantri hewan atau petugas dinas peternakan secara serentak di wilayah tertentu yang diduga akan terjadi penyebaran penyakit menular. Vaksinasi terutama dilakukan untuk mencegah terkena penyakit mulut dan kuku (PMK) serta dakangan (orf).
3. Pencukuran Bulu Kambing
Bulu kambing perlu juga dicukur untuk mengatur panas tubuh dan menjaga kesehatan kambing. Pencukuran bulu kambing biasanya dilakukan setelah kambing dimadikan. Ketika dicukur, kaki kambing perlu diikat untuk mempermudah pencukuran bulu.
4. Pemotongan Kuku Pada Kambing
Kuku kambing yang panjang akan membuat kambing mudah terkena infeksi, terpeleset dan tidak bisa menjaga keseimbangan ketika berjalan. Karena itu, kuku yang sudah panjang harus dipotong dengan gunting tajam, setidaknya setiap dua bulan sekali. Selain itu, kotoran yang berada di sela-sela kuku juga harus dibersihkan.
5. Pemotongan Tanduk Kambing Bakalan
Tanduk kambing yang tajam bisa melukai kambing lain yang sekandang. Selain itu, fungsi tanduk dalam peternakan sering kali tidak diperlukan. Karena itu, ketika kambing berumur 2-3 bulan, peternak akan memanasi tempat tumbuh tanduk dengan cara menempelkan besi membara di tanduk. Kemudian, bagian yang dipanasi tadi diolesi dengan vaselin atau salep antibiotik untuk mencegah infeksi. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah tumbuhnya tanduk. Namun, kegiatan ini kurang efisien karena sering membuat kambing menjadi stres.
6. Mengeluarkan Kambing Dari Kandang (Olahraga)
Berdasarkan pengalaman peternak, kambing yang sering dikeluarkan dari kandang memiliki tingkat pertumbuhan dan daya tahan yang lebih bagus dibandingkan dengan kambing yang terus dikandangkan. Aktivitas kambing di luar kandang juga membantu kambing dalam mengendorkan otot-otot. Untuk sistem pemeliharaan secara intensif, biasanya kambing tidak digembalakan keluar kandang.
7. Memberi Tanda Pada Kambing
Untuk memudahkan pengenalan, ternak perlu diberi tanda pengenal. Di beberapa peternakan yangg sudah maju, setiap kambing memiliki tanda yang khas. Misalnya, diberi nomor pada telinga dengan cara mentatonya, memberikan kalung bernomor di setiap leher ternak atau dengan memakaikan nomor tag.

Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing dan Sapi Potong

Persyaratan Teknis Pada Kandang Kambing

Lokasi kandang kambing sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk, berada diatas tanah yang padat atau tidak mudah becek ketika hujan, cukup sinar matahari, kelembapan 60-70%, dekat dengan sumber air, dan mudah dijangkau oleh kendaraan umum. Kandang hendaknya dibuat membujur dari arah timur ke barat, diusahakan juga kandang menghadap timur agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang.
Apabila lokasi peternakan berada di daerah yang embusan anginnya kencang, peternak hendaknya menanami sekeliling kandang dengan pepohonan agar dapat melindungi kandang dari embusan angin keras secara lansgung. Selain mengurangi embusan angin, daun dan buah pohom dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Ukuran Kandang Kambing
Seekor kambing dewasa membutuhkan ruang seluas 1 x 1.5 m. Dengan begitu, kandang seluas 1.5 x 10 m cukup untuk menempatkan 10 ekor kambing. Tinggi lantai dari permukaan tanah 75-100 cm. Sekat kandang sebaiknya dapat digeser agar mudah mengatur ruangan sesuai kebutuhan dan tingginya 70-80 cm. Dasar kolong kandang dibuat dari bahan semen untuk menampung dan mempermudahkan peternak membersihkan kotoran.
Bahan Penyusun Kandang Kambing
Atap dari kandang kambing disarankan terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Sebaiknya menggunakan rumbia, seng, asbes, alang-alang, genting sebagai bahan yang digunakan sebagai atap kandang. Untuk daerah yang bersuhu panas, disarankan menggunakan bahan yang daya serapnya kecil seperti rumbia atau genting. Sementara itu, untuk lokasi yang bersuhu dingin disarankan atap terbuat dari bahan yang daya serap panasnya tinggi.
Untuk alas kandang kambing bisa langsung menggunakan tanah atau terbuat dari semen, papan, atau belahan bambu, tergantung jenis kandang yang digunakan. Lantai kandang dibuat miring kurang lebih 10 derajat dan bahannya harus mudah menyerap air agar kandang tetap kering ketika dibersihkan. Dinding kandang dapat dibuat dari belahan bambu, kayu bekas bangunan atau bahan-bahan lain yang mudah diperoleh di daerah setempat.

Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, & Sapi Potong

Jenis Pakan Ternak Kambing

Dalam kehidupannya, ternak kambing memerlukan beberapa jenis pakan. Berikut adalah penjelasan tentang jenis-jenis pakan yang diperlukan oleh kambing.
1. Pakan Hijauan
Pakan hijauan terdiri dari dua jenis, yaitu pakan dari rumput-rumputan dan pakan dari legume. Pakan rumput-rumputan diantaranya rumput gajah, rumput benggala, rumput raja dan turi. Sedangkan contoh pakan legume antara lain seperti lamtoro, kaliandra, kacang-kacangan, dan harendong. Namun, daun-daunan hijau lebih disukai oleh kambing dibandingkan rumput. Komposisi masing-masing pakan tergantung pada kebutuhan ternak, yaitu antara kambing menyusui, pemacek dan dewasa.
Campuran daun-daunan dan rumput dengan perbandingan 1 : 1 akan saling melengkapi dan menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik. Di samping itu, kambing tidak cepat bosan melahap pakan hijau yang tersedia. Hindari pemberian hijauan yang masih muda. Jika terpaksa digunakan hendaknya diangin-anginkan terlebih dahulu selama 3-4 jam, untuk menghindari terjadinya bloat (kembung) pada kambing.
2. Pakan Limbah Industri dan Pertanian
Selain pakan hijauan, kambing juga menyukai pakan yang berasal dari limbah pertanian. Limbah industri yang dapat dijadikan pakan antara lain seperti ampas tahu, ampas tempe, ampas singkong, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, dedak padi, dan dedak jagung. Sementara contoh limbah pertanian antara lain seperti jerami padi, jerami jagung, daun singkong, daun nangka dan limbah kelapa.
3. Pakan Tambahan
Pakan tambahan berguna untuk memenuhi kebutuhan mineral dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu, pakan tambahan ini bermanfaat untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terdapat pada hijauan. Sumber pakan tambahan berupa campuran mineral (mineral mix) dari garam dapur, kapur, dan premix.

Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukan Domba, Kambing & Sapi Potong

Jenis Penyakit Pada Kambing Dan Pengendaliannya

Berikut ini kami ingin berbagi informasi seputar jenis-jenis penyakit yang sering dialami oleh kambing dan juga penyebab munculnya penyakit beserta cara pengendaliannya.
1. Pneumonia
Umumnya, serangan pneumonia disebabkan keadaan udara yang lembap, dingin dan kotor. Pneumonia sering menyerang kambing yang kurang baik pemeliharaannya. Kambing yang terserang pnemonia menunjukkan gejala seperti sulit bernafas, nafsu makan hilang, sering batuk dan demam.
Pencegahan pneumonia bisa dilakukan dengan cara menjaga kandang agar tidak lembap, selalu bersih, serta memperbaiki sirkulasi udara, tidak ada genangan air di sekitar kandang, menutup kandang jika angin kencang, dan memisahkan kambing yang sakit dengan kambing yangs ehat. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan preparat antibiotik, tetapi harus sepengetahuan dokter hewan atau mantri hewan setempat.
2. Konstipasi
Konstipasi biasa menyerang anak kambing karena kotoran pertama yang berwarna hitam mengental dan keras. Akibatnya, kotoran yang biasanya dikeluarkan beberapa jam setelah kelahiran tersebut tidak bisa keluar. Gejala konstipasi terlihat dari anak kambing yang memperlihatkan tanda-tanda susah buang kotoran, berguling-guling, dan sering mengembik.
Pencegahan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pakan yang cukup. Sementara itu, pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan memberikan minyak sayur sebanyak satu sendok makan pada kambing.
3. Kembung (Bloat)
Penyakit kembung terjadi karena kambing dilepas dan memakan rumput yang masih basah, sehingga timbul gas dalam pencernaan yang tidak bisa dikeluarkan dari dalam perut. Kambing yang menderita kembung terlihat dari bagian perut sebelah kirinya yang membesar, punggung membungkuk, dan frekuensi pernapasan meningkat. Penyakit kembung yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan tidak memberi kambing pakan yang masih basah atau tidak melepas kambing yang lapar terlalu pagi, karena rumput masih basah oleh embun. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menekan-nekan perut bagian bawah dengan menggunakan bambu utuh. Sambil ditekan dengan bambu, angkat hewan sampai gas keluar.
4. Ecthyma Contagiosa (Orf)
Penyakit ecthyma contagiosa disebabkan virus yang bersifat zoonosis, yaitu bisa menular kepada manusia. Gejalanya terdapat luka di sekitar mulut yang bisa menyebar ke sela-sela kuku. Akibatnya badan kambing menjadi kurus karena nafsu makan menurun. Penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya setelah 4 minggu. Namun bisa mengakibatkan kematian jika terjadi infeksi sekunder.
Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan mengkarantinakan kambing yang berasal dari tempat lain selama 2-3 minggu atau mengisolasi kambing yang diduga menderita penyakit tersebut. Pengobatan dilakukan dengan memberikan antibiotika leukomosin. Antibiotik tersebut untuk mencegah infeksi sekunder yang bisa menyebabkan kematian.
5. Keracunan
Keracunan disebabkan  kambing mengonsumsi pakan hijauan yang mengandung racun. Gejalanya, kambing mengalami kejang-kejang, mulut berbusa, selaput lendir mata berwarna kebiru-biruan, dan kotoran bercampur darah. Pada kondisi yang parah bisa menyebabkan kematian yang mendadak.
Pada kasus keracunan yang diketahui secara dini, pemberian tablet norit atau air kelapa muda bisa menyelamatkan kambing dari kematian. Namun jika sudah akut, kambing sulit tertolong. Pencegahan dilakukan dengan cara tidak memberikan hijauan yang mengandung racun, seperti daun singkong segar, dan hijauan yang masih muda. Selain itu, harap diperhatikan tempat dimana kambing digembalakan, jangan sampai ada tanaman beracun yang bisa termakan oleh kambing. Daun singkong dan hijauan lain dapat diberikan jika dilakukan terlebih dahulu selama 3-4 jam.
6. Cacingan
Cacingan disebabkan oleh serangan cacing haemonchus cocortus yang hidup bersama cacing lain. Cacing ini melekat pada selaput usus dan mengisap sari makanan. Kambing penderita cacingan tidak bisa gemuk, meskipun makannya banyak. Biasanya anak kambing berumur 3-4 bulan yang terserang penyakit ini bisa menjadi kurus, bahkan mengalami kematian.
Gejalanya yaitu kambing susah buang kotoran, kotoran yang keluar pada awalnya keras lalu lunak dan akhirnya mencret, akibatnya bulu dekat anus menjadi kotor oleh kotoran mencret. Selain itu, perut kambing terlihat besar, bulunya kasar (tidak mengilap), dan terlihat lesu.
Pencegahan penyakit cacingan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang dan menggembalakan kambing pada siang hari agar tidak ada lagi telur cacing yang menempel di rumput. Seluruh kambing diberi obat cacing, terutama bila ada kambing yang terserang cacingan. Untuk obat cacing yang biasa digunakan antara lain cetarin concurat, wormex powder, atau pheno plus dosis 5-10 g/ekor, diberikan melalui air minum setiap 3 bulan sekali. Atau sesuai dosis yang ada dalam kemasan. Sebelum pemberian obat cacing, kambing dipuasakan terlebih dahulu selama 12 bulan.

Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong